Phew, ndak terasa sudah menjelang 2 tahun lamanya blog ini nganggur.
saya sudah bersihkan setiap sudut yang penuh dengan sarang laba-laba, dan tumpukan debu yang mungkin bisa dipakai berenang oleh kutu-kutu maupun jenis arthropoda lainnya.
Banyak hal terjadi di 2 tahun ini, termasuk dengan segala macam suka duka di dalamnya. Banyak juga yang berubah dari diri saya, termasuk di dalamnya adalah perubahan jumlah angka yang muncul di mesin timbangan.
Pengalaman yang saya miliki semakin bertambah, dan saya yakin modal ini akan memberikan rasa percaya diri yang tinggi untuk memulai lembaran baru.
sekitar 1 bulan 15 hari yang lalu, saya membuat keputusan yang besar dalam perjalanan karir saya. Tidak, tidak ada masalah dengan perusahaan dimana saya berkarya, hanya saja terlalu banyak perasaan yang negatif tercurahkan dan menjadikan lingkungan kerja menjadi tidak sehat.
akhirnya, dengan bulat tekad (bisa juga lonjong sih) keputusan dibuat. Tok..tok..tok. Surat pengunduran diri pun dicetak, lalu ditanda tangan basah (karena pakai tinta). kemudian dengan langkah gagah, saya masuk ke ruangan atasan. Ternyata, tanpa ditanyakan alasan mengapa saya datang, saya diajak berdiskusi masalah rancangan jumlah tenaga kerja di perusahaan. duar..... Entahlah, tapi saya tetap mengikuti dan menjawab dengan tetap profesional. sampai tiba waktunya membahas masalah sumber daya manusia di bagian saya bekerja. Tanpa pikir panjang, setelah hampir melanjutkan ke divisi lain, saya pun memberanikan menyampaikan maksud dan tujuan awal saya datang ke ruangan beliau. Kira-kira, beginilah bunyinya:
me : sekalian bu, posisi saya dicarikan penggantinya.
bos : *muka kaget, tapi masih sok jaim, sehingga muncul tenang yang meragukan*
me : iya bu, saya mau mundur dari posisi saya per akhir november.
Stop sampai situ aja dramanya.
Banyak drama dan juga perdebatan hebat yang mengawali penyerahan surat pengunduran diri saya tersebut. Banyak pertimbangan dan konsultasi yang dilakukan sebelum akhirnya surat itu saya serahkan. Namun, yang saya ajukan waktu itu adalah, mohon bimbingan pada Gusti Allah, semoga keputusan yang saya buat tidak menyimpang dari rancangannya. Dan, kalaupun nanti muncul segala macam resiko, baik buruknya, saya mohon diberikan kekuatan untuk dapat melaluinya.
...
Hingga tiba saatnya, hari ini, hari terakhir saya duduk di kursi saya memandang semua tim yang ada di hadapan saya. Teriring doa dalam hati, mohon maaf atas segala hal yang saya lakukan, dan mendoakan agar mereka semua selalu sehat dan mampu mengembangkan karya mereka lebih lanjut lebih baik. Ada satu kolega sejawat (wuih keren bahasanya) yang kemarin bertanya, "Pak, bagaimana rasanya tinggal besok?". Jawaban saya mudah, rasanya kok sama saja bu, dengan saya ada disini. Saya selalu senang untuk bisa berada di lingkungan ini, dan rasa senang itu juga yang akan saya kenang untuk bekal saya melanjutkan di tempat yang baru.
Memori, satu hal yang akan selalu menemani untuk mengenang masa-masa saya bersama lingkungan ini. Semoga apa yang saya lakukan di sini, memberi arti dan makna untuk banyak orang. Terpenting, dapat saya pertanggung jawabkan kelak, ketika saya dipanggil-Nya.
Salam dan doa.