ad dict ed/ə`diktid/Adjective
1. Physically and mentally dependent on a particular substance, and unable to stop taking it without incurring adverse effects
- she became addicted to alcohol and diet pills
2. Enthusiastically devoted to a particular thing or activity
- he's addicted to computers
(Ref: http://www.google.com/search?hl=en&rls=com.microsoft:en-us&q=addicted&tbs=dfn:1&tbo=u&sa=X&ei=yvU4TqX7JYXJrAfa86wc&ved=0CBQQkQ4&biw=1259&bih=624)
Itu terjemahan yang muncul ketika pertama kali saya ketikkan kata addicted di dalam google search engine. Yup, kata ini terngiang di telingaku beberapa hari belakangan ini, dan memuncak pada hari ini (pagi menjelang siang ini). Mungkin kata yang sering diasosiasikan dengan kata addicted atau yang diterjemahkan bebas ke Bahasa Indonesia sebagai kecanduan, adalah obat-obatan terlarang atau juga minuman beralkohol.
ke•can•du•an v ki kejangkitan suatu kegemaran (hingga lupa hal-hal yg lain)
Tidak saya lanjutkan lebih jauh tentang kata ini, karena memang nanti ga nyampe-nyampe ke intinya. Saya focus ke terjemahan Bahasa Inggrisnya yang nomer 2(dua), yakni enthusiastically devoted to a particular thing or activity hal inilah yang mendasari dasar pemikiran saya berikutnya.
The DSM- IV (the holy grail of psychiatric diagnosis) has described seven distinctive addiction criteria:
1. Substance is taken in larger amount
2. Persistent desire or repeated unsuccessful attempts to quit
3. Much time or activity is spent to obtain, use, or recover
4. Important social, occupational, or recreational activities given up or reduced
5. Use continues despite knowledge of adverse consequences
6. Tolerance occurs which a marked increase in amount is taken with a marked decrease in effect.
7. Characteristic withdrawal symptoms
Menurut DSM, 7 hal ini menjadi ciri-ciri seseorang sudah termasuk ke dalam kriteria kecanduan. Makin banyak kriteria tersebut Anda temui dalam diri Anda, maka makin besar kemungkinan Anda kecanduan akan hal tersebut.
Terus mau kemana arah bahasan ini? Satu lagi bahasan pendukung untuk melengkapi yang saya maksud, yaitu tantangan!
chal•lenge [chal-inj] noun, verb, -lenged, -leng•ing, adjective
noun
1. A call or summons to engage in any contest, as of skill, strength, etc.
2. Something that by its nature or character serves as a call to battle, contest, special effort, etc.: Space exploration offers a challenge to humankind.
3. a call to fight, as a battle, a duel, etc
4. A demand to explain, justify, etc.: a challenge to the treasurer to itemize expenditures.
5. Difficulty in a job or undertaking that is stimulating to one engaged in it.
(Ref: http://dictionary.reference.com/browse/challenge)
Saya fokus pada nomer 5(lima), yakni Difficulty in a job or undertaking that is stimulating to one engaged in it. Karena beberapa hari ini diskusi saya dan rekan kerja tidak jauh dari bagaimana berjuang dan bertahan dalam perusahaan yang sedang membangun system dan perusahaan yang sudah memiliki system di dalamnya. Dan ternyata, keduanya memiliki tantangan yang berbeda. Kemudian, rekan saya juga mencurahkan hatinya mengenai masalah tantangan. Menurutnya, ia hanya akan berpindah dari perusahaan jika memang sudah dirasakan tidak ada lagi tantangan dalam tempat dimana ia bekerja.
Oleh karena itu, erat sekali dengan pengertian tantangan (challenge) yang nomor 5(lima) tersebut, dimana bias juga tantangan diartikan sebagai kesulitan dalam sebuah pekerjaan atau melakukan suatu kegiatan yang membangkitkan semangat seseorang. Yup, bicara mengenai tantangan tentu tidak akan ada habisnya, dan itu semua tergantung dari bagaimana sudut pandang yang Anda miliki untuk dapat melihat tantangan itu sendiri. Tantangan memang akan dan selalu ada dalam setiap aspek hidup manusia, terutama ketika melakukan kegiatan yang kita sebut bekerja.
Bagaimana Anda menanggapi tantangan tentu akan mempengaruhi bagaimana Anda menjalani dan menuntaskan tantangan tersebut. Dalam bahasan ini, tantangan yang saya bahas tentu akan ditanggapi sebagai positif, karena akan dikaitkan dengan bagaimana sebuah tantangan bias menjadi begitu mencandu. Hal ini pada awalnya mungkin akan dipandang baik, karena menjadikan suatu tantangan sebagai sebuah keadaan yang harus dan baik adanya. Kesulitan bukan lagi suatu momok menakutkan melainkan sebagai suatu keadaan yang dicari, bahkan kalau tidak ada akan menjadi suatu hal yang menakutkan. Seperti halnya cerita teman saya tadi, yang justru akan pergi ketika tantangan itu sudah tidak lagi ditemukan dimana ia bekerja.
Bagaimana Anda tahu bahwa tantangan tersebut tidak membuat anda kecanduan?
Dengan mempertimbangkan 7 ciri yang sudah disebutkan sebelumnya, mari kita telaah bagaimana tantangan bisa menjadi sebuah kecanduan.
1. Substance is taken in larger amount
Ketika pertama kali Anda berhasil menyelesaikan sebuah tugas dengan hasil baik, tentu ada rasa kepuasan dan kebahagiaan yang muncul dalam diri Anda, dan tentu saja hal tersebut akan sangat membuat Anda ketagihan, apalagi jika pernah Anda rasakan lebih dari 5 kali..
2. Persistent desire or repeated unsuccessful attempts to quit
Rasa senang itu seperti layaknya afrodisiak, dan tentu secara psikologis Anda akan senang mengulang hal tersebut berkali-kali. Dan ketika itu berulang, artinya Anda juga akan terus mencari tantangan yang baru dan lebih sulit lagi untuk mendapatkan kepuasan yang lebih besar lagi..
3. Much time or activity is spent to obtain, use, or recover
Apakah anda pernah merasakan keletihan dan seakan Anda merasa bahwa tenaga Anda sudah terkuras dengan sangat hebat sehingga tidak lagi mampu untuk bergerak sekalipun. Anda hanya merasa ingin istirahat yang lama, dan tidur yang pulas untuk mengembalikan stamina Anda. Namun begitu, Anda kerap mencari tantangan baru dan lebih hebat lagi di kemudian hari ketika tenaga Anda benar-benar pulih.
4. Important social, occupational, or recreational activities given up or reduced
Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk bekerja, apakah benar 8 jam? Atau ternyata lebih? Belum lagi ketika Anda terus memikirkan pemrasalahan yang muncul di kantor pada saat seharusnya Anda menghabiskan waktu dengan keluarga. Banyak yang mengatakan tubuh tidak lagi ada jiwa di dalamnya, pikiran Anda melayang ke kantor sementara tubuh tetap berada di rumah. Banyak juga yang tidak lagi percaya bahwa masalah rumah tidak boleh (atau akan) mempengaruhi masalah kantor, memang suatu hal yang mustahil karena akan saling berhubungan, akan tetapi itu semua harus dimulai, karena kalau tidak waktu Anda yang berkualitas untuk istirahat, untuk keluarga, dan untuk diri Anda sendiri akan semakin terkikis habis. Dan akhirnya, hidup Anda benar-benar tersedot habis total oleh pekerjaan yang Anda “cintai”.
5. Use continues despite knowledge of adverse consequences
Meskipun Anda menyadari segala yang muncul di atas, akan tetapi Anda serasa tidak berdaya untuk mengatasinya dan memutuskan tali rantainya. Selalu saja ada alasan yang Anda kemukakan untuk diri sendiri dan meyakinkan Anda bahwa Anda tidak melakukan kesalahan. Anda merasa harus memberikan totalitas dalam bekerja dan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab Anda. Hingga akhirnya Anda lupa bahwa Anda memiliki tugas dan tanggung jawab lain dalam hidup Anda yang tidak hanya terbatas pada bidang pekerjaan Anda saja.
6. Tolerance occurs which a marked increase in amount is taken with a marked decrease in effect.
Anda pernah berjanji bahwa ini adalah kesempatan yang terakhir, tetapi seringkali Anda ingkar kepada janji Anda sendiri dan kembali melakukan hal yang serupa di kemudian hari. Anda sadar bahwa tindakan Anda menghabiskan waktu berkualitas Anda dengan keluarga, bahwa kesehatan Anda menurun, bahwa tekanan pikiran Anda meningkat setiap harinya, dan apa yang Anda lakukan? Hanya sebatas mengeluh dan tidak melakukan tindakan apapun yang sungguh-sungguh memperbaiki hal tersebut. Justru kebalikannya, Anda malah semakin menjadi-jadi untuk kembali melakukan hal yang smaa berulang kali lagi, karena Anda merasa itu semua akan terbayar kelak nanti ketika Anda sudah mencapai tujuan yang Anda mau. Apakah Anda tahu dimana dan apa tujuan tersebut? Kalau Ya, apakah ada batas waktunya? Kalau Belum, lalu untuk apa Anda melakukan semua itu?
7. Characteristic withdrawal symptoms
Akhirnya, perlahan tapi pasti, Anda mulai menarik diri Anda sendiri dari lingkungan social dimana Anda berada, dan memiliki dunia sendiri, sehingga Anda melakukan pembenaran secara sepihak bahwa apa yang Anda lakukan adalah apa yang terbaik untuk Anda sendiri. Anda merasa bahwa orang lain yang tidak sama dengan Anda adalah orang yang ‘aneh’, dan Anda kemudian akan mencari lingkungan dengan orang-orang yang setipe dengan Anda (hanya semata untuk membela kepercayaan Anda). Justru hal ini akan semakin menguatkan Anda untuk tertarik semakin jauh ke dalam kecanduan akan tantangan dan tentu saja Anda akan menilai orang lain menjadi kurang tantangan.
Lalu apa yang harus Anda lakukan?
1. Tanamkan diri Anda bahwa tantangan itu baik, TETAPI dengan porsi yang seimbang.
Satu dua tantangan tentu tidak akan membunuh Anda, akan tetapi Anda harus ingat bahwa Anda masih memiliki tujuan hidup lainnya, selain tantangan tersebut. Ada tantangan lain dalam hidup Anda yang tentu harus Anda capai, dan ketika sudah mencapainya, jangan lupa untuk bersyukur bahwa Anda sudah mencapainya.
2. Berikan batasan waktu yang jelas, akan semua aktivitas dalam hidup Anda.
Kita semua tahu bahwa hidup memang memiliki prioritas, dan tugas Anda memilih mana prioritas yang terbesar dalam hidup Anda baru kemudian diikuti dengan prioritas kecil lainnya. Dan ingat, prioritas artinya penting, baik besar maupun kecil pentingnya adalah sama (sesuai dengan porsinya masing-masing).
3. Work Life balance.
Hidup yang seimbang memang seakan seperti mimpi yang tidak akan pernah terwujud, akan tetapi bukankah mimpi itu memang untuk dikejar dan yang paling penting adalah mimpi itu untuk dijalani setiap waktu dan setiap harinya. Jadi, kalau Anda tidak pernah melakukan apapun untuk mewujudkan kehidupan seimbang antara pekerjaan dan kehidupan, maka tentu saja hal tersebut hanya akan menjadi utopia yang basi!
Tantangan, selalu ada untuk membuat hidup Anda menjadi lebih berarti, karena tanpa tantangan tentu saja hidup ini akan menjadi hambar dan hampa. Tetapi, ketika Anda menjadi lupa diri akan usaha mencapai keberhasilan di balik setiap tantangan tersebut dan lebih parah menjadi suatu kecanduan, maka hidup Anda akan berubah total secara perlahan menjadi pasti kearah menghancurkan diri sendiri. Jadi, keputusan ada di tangan Anda, kalau Anda merasa tidak ada masalah dengan apa yang akan terjadi ke depannya, semua adalah pilihan Anda. Lagipula, hidup adalah pilihan, yang harus dipilih dengan segala konsekuensi di dalamnya.