Rabu, 21 Januari 2009
Senin, 19 Januari 2009
Red Cliff 2

Jenis Film : Action
Produser : Terence Chang, John Woo
Produksi : China Film Group
Sutradara : John Woo
Film ini termasuk dalam daftar film yang saya tunggu untuk beredar. Bahkan saya cukup terkejut ketika film ini sudah beredar di bioskop terdekat (halah). Karena, memang tidak ada informasi bahwa film ini akan segera diputar di Indonesia (atau saya saja yang kurang mengikutinya yah...).
Perjuangan para kaisar, pangeran dari negeri Cina tersebut memang layak untuk disaksikan di bioskop dan bukan sekedar kelas DVD (bajakan pula). Anda tidak akan merasa rugi menyaksikan film ini di bioskop, apalagi durasinya yang cukup lama (kayanya sih hampir 2,5 jam).
Film ini melanjutkan ceritera terdahulu yang diakhiri dengan peperangan di laut dan pada saat itu Zhu Ge liang mengibaskan tongkat dengan bulu (ayam kayanya), dan pada saat yang bersamaan terjadi kebakaran, dan film bersambung (hihihi penonton kecewa pada waktu itu). Film ini jauh lebih menarik dari sebelumnya, karena memang saya sudah penasaran bagaimana kelanjutan cerita ini). Tapi, menurut kekasihku, yang saat itu menemani saya menyaksikan film ini, berkomentar bahwa film ini jelek. Mengapa? Karena, film ini banyak sekali memotong strategi-strategi perang yang hebat, dan juga tidak sampai selesai menceritakan mengenai kelanjutan sejarah dinasti tersebut ke depannya.
Saat film ini selesai, saya berpikir, bahwa kenapa mereka berhenti sampai di titik itu. Apa yang akan terjadi seandainya Zhao Yu merebut kembali wilayah Chao Chao, dan kemudian 3 negara tersebut menjadi 1. Hmmm, yang terlintas segera dalam benak saya adalah perebutan kekuasaan. Bayangkan bagaiamana kalau seandainya Liu Bei berebut kekuasaan dengan Zhao Yu, dan chao chao kembali merebut kejayaannya yang direnggut olhe persekutuan itu. Lebih lanjut lagi, kata kekasihku, akhirnya para tokoh itu tewas satu demi satu. Bahkan terjadi pertempuran sengit dimana para ahli strategi bersatu, Zhu Ge Liang & Zhao Yu. Wuihhhh, coba dipikir, kedua jagoan strategi dan ahli meramal mood ibu pertiwi itu bergabung, mana ada yang bisa ngalahin, sayang aja mereka ga punya prajurit.
Tapi, ya sudahlah, itu sudah menjadi hak prerogatif si produsen. Mereka sudah memutuskan untuk membuat film ini 2 kali saja. Tidak menjadi jaminan bahwa film yang ke-3 akan sukses juga kan?! Mereka mampu mengemas cerita (paling tidak garis besar dari samkok) dengan baik, dan ditampilkan dengan efek yang memukau. Saya terkesima, dan semakin terpukau dengan cerita sam kok tersebut, bahkan dari yang awalnya saya tidak ingin membaca ceritanya yang dikemas menjadi 3 buah buku tebal oleh penulis legendaris kawakan Indonesia (Oom Remy Silado), hingga berubah menjadi penasaran mengenai ceritera yang sesungguhnya.
Oh ya, satu tips untuk Anda. Jangan terlalu lama mempertimbangkan akan menonton atau tidak. Segera tonton, dan menurut saya ini tidak akan merugikan Anda. Kalau memang perlu, cari studio yang memang agak nyaman (lebih dari biasanya, seperti rpemier gituuuu....hihihi) untuk menyaksikan kepiawaian Zhao Yu dan Zhu Ge Liang dalam mengatur strategi dan juga Liu Bei serta 3 anak buahnya dalam menggempur pasukan Chao Chao. Semoga Anda juga terpesona.
Salam Kamera.
Film ini termasuk dalam daftar film yang saya tunggu untuk beredar. Bahkan saya cukup terkejut ketika film ini sudah beredar di bioskop terdekat (halah). Karena, memang tidak ada informasi bahwa film ini akan segera diputar di Indonesia (atau saya saja yang kurang mengikutinya yah...).
Perjuangan para kaisar, pangeran dari negeri Cina tersebut memang layak untuk disaksikan di bioskop dan bukan sekedar kelas DVD (bajakan pula). Anda tidak akan merasa rugi menyaksikan film ini di bioskop, apalagi durasinya yang cukup lama (kayanya sih hampir 2,5 jam).
Film ini melanjutkan ceritera terdahulu yang diakhiri dengan peperangan di laut dan pada saat itu Zhu Ge liang mengibaskan tongkat dengan bulu (ayam kayanya), dan pada saat yang bersamaan terjadi kebakaran, dan film bersambung (hihihi penonton kecewa pada waktu itu). Film ini jauh lebih menarik dari sebelumnya, karena memang saya sudah penasaran bagaimana kelanjutan cerita ini). Tapi, menurut kekasihku, yang saat itu menemani saya menyaksikan film ini, berkomentar bahwa film ini jelek. Mengapa? Karena, film ini banyak sekali memotong strategi-strategi perang yang hebat, dan juga tidak sampai selesai menceritakan mengenai kelanjutan sejarah dinasti tersebut ke depannya.
Saat film ini selesai, saya berpikir, bahwa kenapa mereka berhenti sampai di titik itu. Apa yang akan terjadi seandainya Zhao Yu merebut kembali wilayah Chao Chao, dan kemudian 3 negara tersebut menjadi 1. Hmmm, yang terlintas segera dalam benak saya adalah perebutan kekuasaan. Bayangkan bagaiamana kalau seandainya Liu Bei berebut kekuasaan dengan Zhao Yu, dan chao chao kembali merebut kejayaannya yang direnggut olhe persekutuan itu. Lebih lanjut lagi, kata kekasihku, akhirnya para tokoh itu tewas satu demi satu. Bahkan terjadi pertempuran sengit dimana para ahli strategi bersatu, Zhu Ge Liang & Zhao Yu. Wuihhhh, coba dipikir, kedua jagoan strategi dan ahli meramal mood ibu pertiwi itu bergabung, mana ada yang bisa ngalahin, sayang aja mereka ga punya prajurit.
Tapi, ya sudahlah, itu sudah menjadi hak prerogatif si produsen. Mereka sudah memutuskan untuk membuat film ini 2 kali saja. Tidak menjadi jaminan bahwa film yang ke-3 akan sukses juga kan?! Mereka mampu mengemas cerita (paling tidak garis besar dari samkok) dengan baik, dan ditampilkan dengan efek yang memukau. Saya terkesima, dan semakin terpukau dengan cerita sam kok tersebut, bahkan dari yang awalnya saya tidak ingin membaca ceritanya yang dikemas menjadi 3 buah buku tebal oleh penulis legendaris kawakan Indonesia (Oom Remy Silado), hingga berubah menjadi penasaran mengenai ceritera yang sesungguhnya.
Oh ya, satu tips untuk Anda. Jangan terlalu lama mempertimbangkan akan menonton atau tidak. Segera tonton, dan menurut saya ini tidak akan merugikan Anda. Kalau memang perlu, cari studio yang memang agak nyaman (lebih dari biasanya, seperti rpemier gituuuu....hihihi) untuk menyaksikan kepiawaian Zhao Yu dan Zhu Ge Liang dalam mengatur strategi dan juga Liu Bei serta 3 anak buahnya dalam menggempur pasukan Chao Chao. Semoga Anda juga terpesona.
Salam Kamera.
Jumat, 16 Januari 2009
Pahit!
Entah mengapa rasa itu terus muncul.
Benarkah aku maish belum bisa memaafkan.
Karena terlalu pahit bagiku.
Meski harus berulang kali kukatakan dalam diri bahwa biarkan berlalu.
Dimana harus kucari rasa maaf itu.
Karena setiap kali terbayang, selalu rasa sesak itu muncul.
Butuh waktu lama untuk dapat kembali menenangkan diri ini.
Cukup lama untuk bisa merasionalisasikan rasa pahit itu.
Atau mungkin aku saja yang belum memaafkan diriku.
Karena telah membiarkan ada kejadian itu.
Atau memang aku belum memaafkannya.
Karena telah melakukan hal itu.
Memaafkan mungkin mudah bagi sebagian orang.
Akan tetapi melupakannya merupakan bagian yang tersulit.
Lalu, bagaimana mungkin bisa disebut memaafkan.
Jika seandainya melupakan kejadian itu pun belum terjadi.
Manakah yang harus didahulukan.
Apakah memaafkan dulu lalu melupakan.
Atau melupakan dulu baru bisa memaafkan.
bagiku keduanya masih dalam tahap angan-angan.
seberapa keraspun aku mencoba.
Apakah yang bisa kulakukan untuk melupakan, dan kemudian memaafkan.
Apakah aku harus mengalami kerusakan otak di bagian itu.
Sehingga membuatku lupa akan semua kejadian pahit.
Dan akhirnya dapat memulai lagi lembaran baru dan menuliskan hal indah.
Tetapi...
kata orang pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Dan sesuatu kejadian pahit atau apapun itu yang tidak membunuhmu,
hanya akan memberikan kekuatan bagimu di masa yang akan datang.
Lalu, kalau aku merusak semua memori itu,
akankah aku menjadi seperti diriku yang sekarang.
Bisakah aku menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Atau malah berubah menjadi bajingan.
itulah mengapa akhirnya banyak orang juga mengusulkan,
hiduplah hari ini dan saat ini,
raihlah apa yang bisa kau raih hari ini,
jangan kau terpaku pada kenangan masa lalu,
atau terlalu berharap pada keadaan yang akan datang nantinya.
aku masih ingin belajar.
belajar untuk hidup hari ini dan hanya hari ini.
belajar meninggalkan masa lalu.
belajar untuk tidak berkhayal tentang masa yang akan datang.
aku ingin meraih hari ini.
untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu.
dan untuk bersiap menghadapi kejadian yang akan datang.
Semoga...
CARPE DIEM!
Benarkah aku maish belum bisa memaafkan.
Karena terlalu pahit bagiku.
Meski harus berulang kali kukatakan dalam diri bahwa biarkan berlalu.
Dimana harus kucari rasa maaf itu.
Karena setiap kali terbayang, selalu rasa sesak itu muncul.
Butuh waktu lama untuk dapat kembali menenangkan diri ini.
Cukup lama untuk bisa merasionalisasikan rasa pahit itu.
Atau mungkin aku saja yang belum memaafkan diriku.
Karena telah membiarkan ada kejadian itu.
Atau memang aku belum memaafkannya.
Karena telah melakukan hal itu.
Memaafkan mungkin mudah bagi sebagian orang.
Akan tetapi melupakannya merupakan bagian yang tersulit.
Lalu, bagaimana mungkin bisa disebut memaafkan.
Jika seandainya melupakan kejadian itu pun belum terjadi.
Manakah yang harus didahulukan.
Apakah memaafkan dulu lalu melupakan.
Atau melupakan dulu baru bisa memaafkan.
bagiku keduanya masih dalam tahap angan-angan.
seberapa keraspun aku mencoba.
Apakah yang bisa kulakukan untuk melupakan, dan kemudian memaafkan.
Apakah aku harus mengalami kerusakan otak di bagian itu.
Sehingga membuatku lupa akan semua kejadian pahit.
Dan akhirnya dapat memulai lagi lembaran baru dan menuliskan hal indah.
Tetapi...
kata orang pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Dan sesuatu kejadian pahit atau apapun itu yang tidak membunuhmu,
hanya akan memberikan kekuatan bagimu di masa yang akan datang.
Lalu, kalau aku merusak semua memori itu,
akankah aku menjadi seperti diriku yang sekarang.
Bisakah aku menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Atau malah berubah menjadi bajingan.
itulah mengapa akhirnya banyak orang juga mengusulkan,
hiduplah hari ini dan saat ini,
raihlah apa yang bisa kau raih hari ini,
jangan kau terpaku pada kenangan masa lalu,
atau terlalu berharap pada keadaan yang akan datang nantinya.
aku masih ingin belajar.
belajar untuk hidup hari ini dan hanya hari ini.
belajar meninggalkan masa lalu.
belajar untuk tidak berkhayal tentang masa yang akan datang.
aku ingin meraih hari ini.
untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu.
dan untuk bersiap menghadapi kejadian yang akan datang.
Semoga...
CARPE DIEM!
Senin, 12 Januari 2009
react!
Funny if we see how people react.
Sometimes we never expect it from someone we know.
All the reaction to an issue will be different one from another.
It depends on many things,
time, maturity, emotional stability, etc.
The thing is, we could be someone different when facing one situation,
and turns into someone else on the other situations.
Should we do that? and call our self as a dynamic person who go with the flow?
or should we stick to our principal? and call our self as a stubborn who stick with the rules?
For me, human reaction is very unique.
We can only predict someone reaction to one issue, on behalf of their past experiences.
Yeah, experiences are always the best teacher.
But, the problem is...when someone who's had more experiences, but still...
they react differently and fall into over-react!
One of my acquaintance, who recently broke up with her couple experience this strange REACT thing.
To be short, she dumped her boyfriend for cheating.
And she found out that someone, has REACT upon her broken up.
That person mock up her ex boy friend with no clue at all.
Could it be just a rough sympathy and turns out to be some stupid reaction?
or even better, could it be someone who happens to hate that man, and using this situations to worsen up the hatred upon the man?
my acquaintance never expect that she would do that to her ex,
but it turns out someone did those stupid thing to her ex.
Yeah, for me it was pure totally stupid thing to do.
I mean, it was not your business at all, even if you are her relatives or so.
They both are grown up person who are in a mature relationship.
They can be responsible in whatever they did with the relation.
And WHO ARE YOU trying to get involved with their broken up relation?
You really should be careful for what you will do in every circumstance.
It's not being paranoid, but you have to know that your reaction will ignite others, and so on.
so, please think twice or even hundreds before doing something!
Let's react!
Sometimes we never expect it from someone we know.
All the reaction to an issue will be different one from another.
It depends on many things,
time, maturity, emotional stability, etc.
The thing is, we could be someone different when facing one situation,
and turns into someone else on the other situations.
Should we do that? and call our self as a dynamic person who go with the flow?
or should we stick to our principal? and call our self as a stubborn who stick with the rules?
For me, human reaction is very unique.
We can only predict someone reaction to one issue, on behalf of their past experiences.
Yeah, experiences are always the best teacher.
But, the problem is...when someone who's had more experiences, but still...
they react differently and fall into over-react!
One of my acquaintance, who recently broke up with her couple experience this strange REACT thing.
To be short, she dumped her boyfriend for cheating.
And she found out that someone, has REACT upon her broken up.
That person mock up her ex boy friend with no clue at all.
Could it be just a rough sympathy and turns out to be some stupid reaction?
or even better, could it be someone who happens to hate that man, and using this situations to worsen up the hatred upon the man?
my acquaintance never expect that she would do that to her ex,
but it turns out someone did those stupid thing to her ex.
Yeah, for me it was pure totally stupid thing to do.
I mean, it was not your business at all, even if you are her relatives or so.
They both are grown up person who are in a mature relationship.
They can be responsible in whatever they did with the relation.
And WHO ARE YOU trying to get involved with their broken up relation?
You really should be careful for what you will do in every circumstance.
It's not being paranoid, but you have to know that your reaction will ignite others, and so on.
so, please think twice or even hundreds before doing something!
Let's react!
Minggu, 11 Januari 2009
Kenangan!
Aku membuka mata lebar pagi ini.
Seberkas sinar menusuk langsung ke dalam retina.
menerawang jauh ke dalam relung hati.
Aku kemudian mempertanyakan.
Apa lagi yang mungkin aku lakuka hari ini?
untuk melewatkan masa masa dan terus bertahan.
Tak lama kemudian, aku berada di antara sekumpulan anak-anak remaja.
Penuh hingar-bingar walaupun saat itu penuh perasaan tak menentu.
Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
Mereka tahu bahwa hari itu, adalah hari penilaian mereka.
Mereka sudah berjuang selama 1 semester untuk hari ini.
Hari dimana mereka tetap saja mendapatkan keluhan,
meski sudah berjuang hingga titik darah penghabisan.
kita bilang mereka tak pernah mengerti keadaan kita.
Mereka bilang, kita tak pernah mengerti keadaan mereka.
Lalu, sampai titik ini, siapa yang benar? siapa yang salah?
Jika Anda penganut teori evolusi, dan benar-benar ingin menjalankannya.
Maka Anda harus mengalah kepada mereka.
Karena mereka belum berevolusi sejauh yang sudah Anda capai (hingga saat ini).
Namun, jika Anda kebetulan bukan penyuka teori evolusi, atau bahkan menghujatnya.
Maka... Andalah juaranya.
Anda sebagai kaum superior, lebih tua, lebih pengalaman, lebih banyak makan asam garam.
Karena mereka belum sepintar Anda, dan mereka jauh di bawah Anda.
Tapi bukan itu yang saya ingin lihat.
Mereka menghadapi sekumpulan nilai, dengan tanpa rasa ragu dan khawatir.
Mungkin ada, satu atau dua anak yang akhirnya tidak dapat menikmati situasi pesta itu.
karena terlalu banyak yang ia khawatirkan, bagaimana kalau begini...bagaimana kalau begitu...
Sebagian besar dari mereka, menganggap titik yang akan dituju atau dicapai itu...
sebagai sebuah bagian di atas garis panjang yang harus dan pasti akan mereka lewati.
Kadang bahkan mereka sudah mencapai tahap berpikir...tidak ada yang bisa saya lakukan.
Bagaimana dengan Anda, yang katanya kaum superior, yang katanya sudah berevolusi?
Saya kemudian berpikir kembali, sudahkah kita benar-benar berevolusi?
benarkah kita kaum yang superior.
Karena, ketika kita menghadapi satu titik dimana kita anggap sebagai suatu batu ganjalan.
pikiran kita jauh lebih bodoh dari anak-anak remaja yang jauh di bawah kita.
Kadang kita lupa bahwa kita dulu, pernah menjadi seperti mereka.
Kekhawatiran saat ini biarlah menjadi kehawatiran saat ini saja.
Hari esok masih dapat dirancang, atau bahkan tidak peru diperdulikan.
Hari kemarin sudah menjadi kenangan, dan tidak dapat diganggu gugat keadaannya.
mungkin, terlalu banyak teori-teori yang sudah kita terima dan cerna dalam hidup.
mungkin, sudah terlalu banyak teori-teori baru yang kita temukan.
sehingga, terkadang kita lupa rumus dasar dari semua teori tersebut.
terkadang segala pemikiran kita yang liar, bebas, ekspresif, dinamis, imajinatif,
membelenggu kita sendiri.
bahkan samapi pada titik dimana kita menjadi sangat takut dengan apa yang akan terjadi.
kalau memang benar demikian adanya, ada baiknya kita tiru para anak-anak remaja tersebut.
tiru dalam hal kemampuan mereka melangkah dengan pasti menuju masa depan,
meninggalkan semua kenangan dan bukan mencoba untuk menghapusnya, apalagi...
mengulangnya kembali!
kita pinjam keceriaan mereka menyongosng setiap detik, setiap waktu yang penuh dengan dunia baru.
kita contek kemampuan ekplorasi mereka pada setiap pengalaman-pengalaman yang masih membentang luas di hadapan.
(STOP! Anda mulai menggunakan rasio anda lagi? Anda mulai berpikir, mana bisa seperti itu? memangnya mudah? lagipula mereka kan tidak tahu apa yang sudah kita alami?)
Tahukah Anda, bahwa Anda adalah satu-satunya makhluk yang dapat menguasai pikiran Anda.
Anda yang menentukan mau dibawa kemana setiap pengalaman yang Anda lalui.
Kemana? Anda yang menentukan, bukan saya!
Seberkas sinar menusuk langsung ke dalam retina.
menerawang jauh ke dalam relung hati.
Aku kemudian mempertanyakan.
Apa lagi yang mungkin aku lakuka hari ini?
untuk melewatkan masa masa dan terus bertahan.
Tak lama kemudian, aku berada di antara sekumpulan anak-anak remaja.
Penuh hingar-bingar walaupun saat itu penuh perasaan tak menentu.
Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
Mereka tahu bahwa hari itu, adalah hari penilaian mereka.
Mereka sudah berjuang selama 1 semester untuk hari ini.
Hari dimana mereka tetap saja mendapatkan keluhan,
meski sudah berjuang hingga titik darah penghabisan.
kita bilang mereka tak pernah mengerti keadaan kita.
Mereka bilang, kita tak pernah mengerti keadaan mereka.
Lalu, sampai titik ini, siapa yang benar? siapa yang salah?
Jika Anda penganut teori evolusi, dan benar-benar ingin menjalankannya.
Maka Anda harus mengalah kepada mereka.
Karena mereka belum berevolusi sejauh yang sudah Anda capai (hingga saat ini).
Namun, jika Anda kebetulan bukan penyuka teori evolusi, atau bahkan menghujatnya.
Maka... Andalah juaranya.
Anda sebagai kaum superior, lebih tua, lebih pengalaman, lebih banyak makan asam garam.
Karena mereka belum sepintar Anda, dan mereka jauh di bawah Anda.
Tapi bukan itu yang saya ingin lihat.
Mereka menghadapi sekumpulan nilai, dengan tanpa rasa ragu dan khawatir.
Mungkin ada, satu atau dua anak yang akhirnya tidak dapat menikmati situasi pesta itu.
karena terlalu banyak yang ia khawatirkan, bagaimana kalau begini...bagaimana kalau begitu...
Sebagian besar dari mereka, menganggap titik yang akan dituju atau dicapai itu...
sebagai sebuah bagian di atas garis panjang yang harus dan pasti akan mereka lewati.
Kadang bahkan mereka sudah mencapai tahap berpikir...tidak ada yang bisa saya lakukan.
Bagaimana dengan Anda, yang katanya kaum superior, yang katanya sudah berevolusi?
Saya kemudian berpikir kembali, sudahkah kita benar-benar berevolusi?
benarkah kita kaum yang superior.
Karena, ketika kita menghadapi satu titik dimana kita anggap sebagai suatu batu ganjalan.
pikiran kita jauh lebih bodoh dari anak-anak remaja yang jauh di bawah kita.
Kadang kita lupa bahwa kita dulu, pernah menjadi seperti mereka.
Kekhawatiran saat ini biarlah menjadi kehawatiran saat ini saja.
Hari esok masih dapat dirancang, atau bahkan tidak peru diperdulikan.
Hari kemarin sudah menjadi kenangan, dan tidak dapat diganggu gugat keadaannya.
mungkin, terlalu banyak teori-teori yang sudah kita terima dan cerna dalam hidup.
mungkin, sudah terlalu banyak teori-teori baru yang kita temukan.
sehingga, terkadang kita lupa rumus dasar dari semua teori tersebut.
terkadang segala pemikiran kita yang liar, bebas, ekspresif, dinamis, imajinatif,
membelenggu kita sendiri.
bahkan samapi pada titik dimana kita menjadi sangat takut dengan apa yang akan terjadi.
kalau memang benar demikian adanya, ada baiknya kita tiru para anak-anak remaja tersebut.
tiru dalam hal kemampuan mereka melangkah dengan pasti menuju masa depan,
meninggalkan semua kenangan dan bukan mencoba untuk menghapusnya, apalagi...
mengulangnya kembali!
kita pinjam keceriaan mereka menyongosng setiap detik, setiap waktu yang penuh dengan dunia baru.
kita contek kemampuan ekplorasi mereka pada setiap pengalaman-pengalaman yang masih membentang luas di hadapan.
(STOP! Anda mulai menggunakan rasio anda lagi? Anda mulai berpikir, mana bisa seperti itu? memangnya mudah? lagipula mereka kan tidak tahu apa yang sudah kita alami?)
Tahukah Anda, bahwa Anda adalah satu-satunya makhluk yang dapat menguasai pikiran Anda.
Anda yang menentukan mau dibawa kemana setiap pengalaman yang Anda lalui.
Kemana? Anda yang menentukan, bukan saya!
Sabtu, 10 Januari 2009
Welkommen
Welcome to my blog.
This is not officially my first blog, i had one once in the friendster.
The thing is, I already export that blog into a file, but it seems like this new hosting didn't get it.
So...this is to begin my long hold expression of emotionality hands on experiences!
Please enjoy the upcoming writes of mine.
Do not hesitate to comment on my blog.
Bon Voyage!
This is not officially my first blog, i had one once in the friendster.
The thing is, I already export that blog into a file, but it seems like this new hosting didn't get it.
So...this is to begin my long hold expression of emotionality hands on experiences!
Please enjoy the upcoming writes of mine.
Do not hesitate to comment on my blog.
Bon Voyage!
Jumat, 04 Juli 2008
Quiz Psych
Ini adalah cerita seorang gadis.
Pada saat ada di upacara pemakaman ibunya, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang belum dia kenal sebelumnya.
Dia sungguh tertarik dengan lelaki ini.
Lelaki ini adalah pria idaman yang selalu dia impikan.
Dia langsung jatuh cinta dengannya tapi dia tidak pernah bertemu dengan lelaki itu lagi.
Beberapa hari setelahnya, gadis ini membunuh kakak perempuan kandungnya.
PERTANYAAN: Apa motif pembunuhan ini?
tuliskan jawaban Anda pada comment! Saya akan follow-up jawaban Anda!
Pada saat ada di upacara pemakaman ibunya, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang belum dia kenal sebelumnya.
Dia sungguh tertarik dengan lelaki ini.
Lelaki ini adalah pria idaman yang selalu dia impikan.
Dia langsung jatuh cinta dengannya tapi dia tidak pernah bertemu dengan lelaki itu lagi.
Beberapa hari setelahnya, gadis ini membunuh kakak perempuan kandungnya.
PERTANYAAN: Apa motif pembunuhan ini?
tuliskan jawaban Anda pada comment! Saya akan follow-up jawaban Anda!
Langganan:
Postingan (Atom)