Tuhan, ajari aku untuk mencintainya tanpa syarat.
Biarkan semua kenangan pahit yang pernah kualami berlalu dari padaku.
Ajarkan aku untuk terus menerus berusaha berpasrah dan berdamai.
Berdamai denganMU, berdamai dengan orang lain, dan berdamai dengan diri sendiri.
Aku bukanlah seorang malaikat yang mampu mempunyai damai seiap saat.
Sewaktu-waktu setan penggoda pun berhasil mengelabui diriku.
Dan aku membiarkan diriku terjerumus di dalam rayuan serta godaan.
Siapakah aku hingga mampu terus menjadi anakMU yang terkasih.
Hari ini pikiran itu muncul kembali, ketika semua kenangan pahit itu terjadi.
Aku mampu mengingat bahkan hingga detil yang terkecil sekalipun.
Aku ingat dimana saat itu aku baru saja menemukan seorang teman,
yang ternyata memberikan sebuah kenyataan pahit, teramat pahit.
Kalau seandainya waktu itu aku boleh memilih, aku ingin segera meninggalkan dunia ini.
Melupakan semua kenangan masa lalu yang teramat pahit.
Ternyata membangun kenangan indah, akan begitu mudahnya terhancurkan dengan sebuah kenyataan pahit.
Semua impian dan angan-angan kembali menjadi butiran debu di udara.
Malam itu, aku dipaksa untuk menelan sebuah pil pahit yang kerap aku lupakan.
Aku pernah memiliki firasat itu jauh sebelum hari itu terjadi.
Tapi entah mengapa firasat itu harus kuabaikan begitu saja.
Dan baru lama kemudian pil pahit itu menghampiriku.
Aku tak pernah menyangka dan tak kan menyangka.
Seseorang yang sudah kupercaya, kuberikan kepercayaan yang selama ini kusimpan.
Seseorang yang kepadanya kuberikan rasa cintaku dan rasa sayangku utuh.
Seseorang yang seharusnya kepadanya aku berbagai dan bercerita.
Seseorang yang akan menjadi teman dalam suka dan duka, senang dan susah, apapun itu.
Dia juga yang menghancurkan semua kepercayaan, mimpi, dan harapanku padanya.
Dia juga yang memberikan pil yang sangat teramat pahit untuk kutelan.
Dia juga yang kemudian menjadi sebuah alasan mengapa rasa cinta itu pernah muncul.
Dia juga yang membuatku menyesal tidak menuruti firasat hati kecilku saat itu.
Aku terlalu percaya padanya, melebihi hati kecilku.
Aku telah rela berkorban segalanya demi mempertahankan hubungan itu.
Segalanya dibangun bersama atas dasar mimpi dan kepercayaan.
Selama bertahun-tahun, sedikit demi sedikit memupuk semua asa dan usaha.
Tapi, apakah yang kau berikan kepadaku?
Pil pahit ini bahkan terlalu pahit bagiku,
Kepada siapakah harus kubagi pil ini,
Karena aku memang lebih memilih mati daripada harus benar menelannya utuh.
Aku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar