Selasa, 27 Januari 2009

Here I Am

Here I am - this is me
I come into this world so wild and free
Here I am - so young and strong
Right here in the place where I belong

It's a new world - it's a new start
It's alive with the beating of young hearts
It's a new day - in a new land
And it's waiting for me
Here I am

This song was sang by Bryan Adam. It was very good song that fit mostly with the theme of movie named SPIRIT. But today, I'm not going to discuss about the movie nor the song. I'm here to discuss about the meaning of this song for me related with today, as the 1st day of the Lunar New Year.

Yup, this is me sitting in front of the laptop and expressing my thought. Last year was sure a rough and tough year for me. There's a lot of ups and also downs that i have to deal with. Especially in the last days oh year of 2008. It seems like the trouble choose the right time to come, one after another. It looks like i've done something bad and get punished for the bad attitude i did.

But now, as the lunar new year arrived, I have the new spirit to boost up my urge and effort to fulfill my dreams. This moment in time makes me think a lot, for all those things i've done, goods and bad. I even have sometimes to enjoying my long pending holidays i've searching for so long.

In the last year of rat, i'm doing not so great. I got much troubled in the early year, and some SHIT happen in the middle of the journey. And yet, some big major issues in the last days. But hey, it is the new year. I'm handling it OK for all of those things (i guess), at least i can make it through that rough time. So, i must be proud of myself for doing such a good turnover on those crumble.

Today, i have come to my turning point. I have new goals to reach, new challanges to bear, and new luck wishes from relatives and friends. I guess it was a good start and also a good sign for me to move on. That's why they called yesterday as a memory. I have come to the lowest point so far, and now it is my time to raise and reach for the sky.

One of my friend wrote this on our high school year book. "Aim your goal as high as the stars above, cause if you've missed, at least you got the stars". got it? it shoes that if you reach far and up high you will get biggest point, or at least..if you missed reach out the goals you won't get disapointed by reaching small goals. That's what i believe.

So, from now on, I'll not get crumbled easily with any obstacles. Yet it was the pathway to reach all of the goals. As long as I keep on praying:

God, grant me...
the serenity to accept the things i cannot change;
the courage to change the things i can;
and yet...
the wisdom to know the difference.


As long as I am living one day at a time; enjoying one moment at a time; and accepting the hardship as the pathway to peace, yet i will survive. no matter what! So help me God!

So let's me conclude this note by saying:

It's a new day, It's a new start, and it's waiting for me, Here I Am!

_Corgito Ergo Sum_

Sabtu, 24 Januari 2009

Bantu aku menemukan caranya...

Malam telah larut, dan mentari pun menyembunyikan terangnya.
Di kala awan putih telah merubah warnanya menjadi pekat dan gelap.
Ketika suara kicauan burung berubah menjadi desiran angin malam.
Aku masih berada di sini berdiri di tepian pantai itu.
Berharap masih ada sebuah sinar nun jauh disana menanti diriku.
Aku jauh berada di seberang sini, di antara kerlip bintan nan cemerlang.
Berharap dan terus berharap bahwa suatu saat kan datang setitik sinar.
Bantu aku untuk terus berdiri, dan terus berharap bahwa sinar itu kan datang.

Apakah karena ku terlalu lama terbuai oleh terangnya cinta.
Hingga kini aku lupa apa itu kelap malam, apa itu dinginnya sepi.
Apakah karena ku terlalu sombong kepada diriMu.
Menganggap semuanya dapat terjadi atas kehendakku dan bukan kehendakMu.
Dimanakah aku berada saat ini, mengapa hanya ada sebuah kekelaman.
Bantu aku menemukan titik cahaya itu, agar dapat kembali kurasakan hangatnya cinta.
Benarkah setelah malam kelam ini esok kan menjemput diriku.
Atau aku akan terus berada dalam lembah kekelaman dan kesunyian malam.

Katakan kepadaku, katakan apa yang telah terjadi.
Kemanakah perginya sinar mentari yang selama ini aku rasakan dalam diriku.
Kemanakah setiap hangatnya cinta yang telah ku kumpulkan satu demi satu.
Apa salahku hingga aku harus menerima kenyataan pahit ini.
Tolong katakan kepadaku, bagaimana agar aku bisa menemukan cinta yang sama.
Sadarkan aku untuk terus berharap dan berharap bahwa cinta itu kan kembali.

Apakah aku harus kembali merangkak demi mengumpulkan serpihan yang sebelumnya.
Ataukah aku harus mengembangkan benih-benih yang baru dan berbeda.
Lalu untuk apa selama ini aku mengumpulkannya, apakah hanya untuk dirusakkan.
Ajari aku untuk bangkit kembali, bangkit untuk kembali menyadari bahwa kemarin adalah kenangan, dan bangkit untuk kembali mengejar masa depan.
Tetapi...apakah aku masih memiliki masa depan yang cerah.
Aku masih terseok-seok terkena pecahan harapan yang selama ini aku kumpulkan.
Aku masih terpaku pada kejayaan masa lalu yang sangat membutakan mata bathinku.
Apa yang harus aku lakukan...

Mengapa rasa pahit itu masih terus ada, walaupun aku mencoba untuk melupakannya.
Ada yang mengatakan bahwa jangan pernah dilupakan, karena itu adalah kenangan.
Lalu...apa yang harus kuperbuat, ada yang menyarankan untuk merelakan dan menerima.
Tetapi...apakah menurutmu mudah? apakah menurutmu aku belum melakukan itu?
Usaha apa lagi yang harus aku lakukan untuk mengembalikan rasa hangat itu?
Tolong katakan padaku caranya...
Apakah aku harus mati demi memulihkan kehangatan dalam hati.
Kalaupun memang itu yang harus kulakukan ... baiklah ... akan aku lakukan!

Sebuah kenangan!

Tuhan, ajari aku untuk mencintainya tanpa syarat.
Biarkan semua kenangan pahit yang pernah kualami berlalu dari padaku.
Ajarkan aku untuk terus menerus berusaha berpasrah dan berdamai.
Berdamai denganMU, berdamai dengan orang lain, dan berdamai dengan diri sendiri.

Aku bukanlah seorang malaikat yang mampu mempunyai damai seiap saat.
Sewaktu-waktu setan penggoda pun berhasil mengelabui diriku.
Dan aku membiarkan diriku terjerumus di dalam rayuan serta godaan.
Siapakah aku hingga mampu terus menjadi anakMU yang terkasih.

Hari ini pikiran itu muncul kembali, ketika semua kenangan pahit itu terjadi.
Aku mampu mengingat bahkan hingga detil yang terkecil sekalipun.
Aku ingat dimana saat itu aku baru saja menemukan seorang teman,
yang ternyata memberikan sebuah kenyataan pahit, teramat pahit.

Kalau seandainya waktu itu aku boleh memilih, aku ingin segera meninggalkan dunia ini.
Melupakan semua kenangan masa lalu yang teramat pahit.
Ternyata membangun kenangan indah, akan begitu mudahnya terhancurkan dengan sebuah kenyataan pahit.
Semua impian dan angan-angan kembali menjadi butiran debu di udara.

Malam itu, aku dipaksa untuk menelan sebuah pil pahit yang kerap aku lupakan.
Aku pernah memiliki firasat itu jauh sebelum hari itu terjadi.
Tapi entah mengapa firasat itu harus kuabaikan begitu saja.
Dan baru lama kemudian pil pahit itu menghampiriku.
Aku tak pernah menyangka dan tak kan menyangka.

Seseorang yang sudah kupercaya, kuberikan kepercayaan yang selama ini kusimpan.
Seseorang yang kepadanya kuberikan rasa cintaku dan rasa sayangku utuh.
Seseorang yang seharusnya kepadanya aku berbagai dan bercerita.
Seseorang yang akan menjadi teman dalam suka dan duka, senang dan susah, apapun itu.

Dia juga yang menghancurkan semua kepercayaan, mimpi, dan harapanku padanya.
Dia juga yang memberikan pil yang sangat teramat pahit untuk kutelan.
Dia juga yang kemudian menjadi sebuah alasan mengapa rasa cinta itu pernah muncul.
Dia juga yang membuatku menyesal tidak menuruti firasat hati kecilku saat itu.

Aku terlalu percaya padanya, melebihi hati kecilku.
Aku telah rela berkorban segalanya demi mempertahankan hubungan itu.
Segalanya dibangun bersama atas dasar mimpi dan kepercayaan.
Selama bertahun-tahun, sedikit demi sedikit memupuk semua asa dan usaha.

Tapi, apakah yang kau berikan kepadaku?
Pil pahit ini bahkan terlalu pahit bagiku,
Kepada siapakah harus kubagi pil ini,
Karena aku memang lebih memilih mati daripada harus benar menelannya utuh.
Aku...

MENJUAL KEPERAWANAN

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok. Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya. Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.

Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:

'' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? "

'' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.

'' Lantas untuk apa anda duduk di sini?"

'' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..

'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.''

'' Maksud, bapak? "

'' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''

'' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual '' Kata wanita itu dengan suara lambat.

'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? '' Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.

'' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. ''

'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

'' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.

Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperatif karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu. Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.

'' Apakah anda serius? ''

'' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.

'' Berapa tarif yang anda minta? ''

'' Setinggi-tingginya. .' '

'' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.

'' Saya masih perawan ''

'' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini pikirnya.

'' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''

'' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan.. ''

'' Kalau tidak terbukti? "

'' Tidak usah bayar ...''

'' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.

'' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ''

'' Cobalah. ''

'' Berapa tarif yang diminta? ''

'' Setinggi-tingginya. ''

'' Berapa? ''

'' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''

'' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. ''

Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu. Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.

'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana? ''

'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''

'' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.

'' Saya ingin yang lebih tinggi...''

'' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu. Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.

'' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ''

'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''

'' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh ... ''

'' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.

'' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. '' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.

Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.

'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu dengan sopan.

Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu...

'' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.

'' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.

'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu kepada sang petugas satpam.

'' Rp.. 6 juta, tuan ''

'' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ''

Wanita itu terdiam. Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.

'' Bagaimana? '' tanya pria itu.

''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.

Petugas satpam itu tersenyum kecut.

'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.

'' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ''

'' Tentu! ''

'' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''

'' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''

Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.

'' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ''

Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.

'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah itu tidak cukup? "

Terdengar suara pria itu berbicara. Wajah pria itu nampak masam seketika.

'' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''

Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.

Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah anda butuh wanita? ''

Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.

'' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.

Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.

"Dia masih perawan..''

Pria itu mendekati petugas satpam itu. Wajah mereka hanya berjarak setengah meter.

'' Benarkah itu? ''

'' Benar, pak. ''

'' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''

'' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi-tingginya.''

'' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.

Pria itu menyalami hangat wanita itu.

'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.

'' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.

Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.

Di dalam kamar ...

'' Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''

'' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''

'' Maksud kamu? ''

'' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... ''

'' Hanya itu ...''

'' Ya ...! ''

Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.

'' Siapa nama kamu? ''

'' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata wanita itu.

'' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ''

''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''

'' Ada ! " Kata pria itu seketika.

'' Sebutkan! ''

'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.

'' Saya tidak mengerti ...''

'' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''

'' Dan, apakah bapak ikhlas...? ''

'' Apakah uang itu kurang? ''

'' Lebih dari cukup, pak ... ''

'' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''

'' Silahkan ...''

'' Mengapa kamu begitu beraninya ... ''

'' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ... tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan ... ''

'' Keyakinan apa? ''

'' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita ... '' Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.

Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata: '' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... ''

'' Kesadaran... ''

...

Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.

'' Kamu sudah pulang, nak ''

'' Ya, bu ... ''

'' Kemana saja kamu, nak ... ???''

'' Menjual sesuatu, bu ... ''

'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum ...

Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan

...

'' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''

Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah membeli yang saya jual. ''

Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi: '' Antar kami kerumah sakit ...''

Cheers,
-Rachel-
Http://remang-remang.blogspot. com/2008/12/deasy- sang-penderita -retinitis.html

Jumat, 23 Januari 2009


Mengapa KAU mau menjadi manusia?

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap gereja di hari Natal. Dia sunguh-sungguh tidak percaya.

"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.

" api saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk
akal bagi saya"

Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka.

"Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya.

"Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai pulang."

Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk
untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.

Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir pria itu. Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka? Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam. Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.

Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu.

"Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan," kata pria itu pada dirinya sendiri,

"Dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."


Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah.

Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya mengerti,"

bisiknya dengan terisak. "Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."


Saudaraku, sering kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke gereja dan merasa tak ada gunanya, semoga cerita di atas ini bisa lebih meneguhkan kita akan pentingnya ke gereja.

Kamis, 22 Januari 2009

PEREMPUAN YANG DICINTAI SUAMIKU

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua di luarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak-anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding akan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat-ingat 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di Rumah Sakit. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya, "Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? Tidak mau makan juga? Uhh... dasar anak nakal, sini piringnya," lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak-anak, dan membawakan eggroll kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu-lucu.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? Karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak di hatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti Jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku, "Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?"

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak-anakku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh-sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik-konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon-pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan-hutan belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

Yours,
Mario


Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Diamencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak-anakku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? Itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku!

Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

...

Setahun kemudian.

Meisha membuka amplop surat-surat itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

Mario, suamiku...

Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku... Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku...

Ternyata aku keliru... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario. Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, "Kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku." Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,
Rima


Di surat yang lain,

"...Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari ke dua bola matamu saat memandang Meisha..."

Di surat yang kesekian,

"...Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan , aku tidak lagi marah-marah padamu, aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur di samping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah... Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya..."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya.
Dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu di sampingnya.

Di surat terakhir, pagi ini...

"...Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor. Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran di matamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit. Tahukah engkau suamiku, Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi di hatimu?..."

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

"Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan di wajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi... aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante... aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak..."

Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak.
Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar, inikah tanda-tanda aku mulai mencintainya ?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku...


Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk di samping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.

Wassalamm

JW
jwahyudy@gmail.com

Senin, 19 Januari 2009

Red Cliff 2

Jenis Film : Action
Produser : Terence Chang, John Woo
Produksi : China Film Group
Sutradara : John Woo

Film ini termasuk dalam daftar film yang saya tunggu untuk beredar. Bahkan saya cukup terkejut ketika film ini sudah beredar di bioskop terdekat (halah). Karena, memang tidak ada informasi bahwa film ini akan segera diputar di Indonesia (atau saya saja yang kurang mengikutinya yah...).

Perjuangan para kaisar, pangeran dari negeri Cina tersebut memang layak untuk disaksikan di bioskop dan bukan sekedar kelas DVD (bajakan pula). Anda tidak akan merasa rugi menyaksikan film ini di bioskop, apalagi durasinya yang cukup lama (kayanya sih hampir 2,5 jam).

Film ini melanjutkan ceritera terdahulu yang diakhiri dengan peperangan di laut dan pada saat itu Zhu Ge liang mengibaskan tongkat dengan bulu (ayam kayanya), dan pada saat yang bersamaan terjadi kebakaran, dan film bersambung (hihihi penonton kecewa pada waktu itu). Film ini jauh lebih menarik dari sebelumnya, karena memang saya sudah penasaran bagaimana kelanjutan cerita ini). Tapi, menurut kekasihku, yang saat itu menemani saya menyaksikan film ini, berkomentar bahwa film ini jelek. Mengapa? Karena, film ini banyak sekali memotong strategi-strategi perang yang hebat, dan juga tidak sampai selesai menceritakan mengenai kelanjutan sejarah dinasti tersebut ke depannya.

Saat film ini selesai, saya berpikir, bahwa kenapa mereka berhenti sampai di titik itu. Apa yang akan terjadi seandainya Zhao Yu merebut kembali wilayah Chao Chao, dan kemudian 3 negara tersebut menjadi 1. Hmmm, yang terlintas segera dalam benak saya adalah perebutan kekuasaan. Bayangkan bagaiamana kalau seandainya Liu Bei berebut kekuasaan dengan Zhao Yu, dan chao chao kembali merebut kejayaannya yang direnggut olhe persekutuan itu. Lebih lanjut lagi, kata kekasihku, akhirnya para tokoh itu tewas satu demi satu. Bahkan terjadi pertempuran sengit dimana para ahli strategi bersatu, Zhu Ge Liang & Zhao Yu. Wuihhhh, coba dipikir, kedua jagoan strategi dan ahli meramal mood ibu pertiwi itu bergabung, mana ada yang bisa ngalahin, sayang aja mereka ga punya prajurit.

Tapi, ya sudahlah, itu sudah menjadi hak prerogatif si produsen. Mereka sudah memutuskan untuk membuat film ini 2 kali saja. Tidak menjadi jaminan bahwa film yang ke-3 akan sukses juga kan?! Mereka mampu mengemas cerita (paling tidak garis besar dari samkok) dengan baik, dan ditampilkan dengan efek yang memukau. Saya terkesima, dan semakin terpukau dengan cerita sam kok tersebut, bahkan dari yang awalnya saya tidak ingin membaca ceritanya yang dikemas menjadi 3 buah buku tebal oleh penulis legendaris kawakan Indonesia (Oom Remy Silado), hingga berubah menjadi penasaran mengenai ceritera yang sesungguhnya.

Oh ya, satu tips untuk Anda. Jangan terlalu lama mempertimbangkan akan menonton atau tidak. Segera tonton, dan menurut saya ini tidak akan merugikan Anda. Kalau memang perlu, cari studio yang memang agak nyaman (lebih dari biasanya, seperti rpemier gituuuu....hihihi) untuk menyaksikan kepiawaian Zhao Yu dan Zhu Ge Liang dalam mengatur strategi dan juga Liu Bei serta 3 anak buahnya dalam menggempur pasukan Chao Chao. Semoga Anda juga terpesona.

Salam Kamera.




Jumat, 16 Januari 2009

Pahit!

Entah mengapa rasa itu terus muncul.
Benarkah aku maish belum bisa memaafkan.
Karena terlalu pahit bagiku.
Meski harus berulang kali kukatakan dalam diri bahwa biarkan berlalu.

Dimana harus kucari rasa maaf itu.
Karena setiap kali terbayang, selalu rasa sesak itu muncul.
Butuh waktu lama untuk dapat kembali menenangkan diri ini.
Cukup lama untuk bisa merasionalisasikan rasa pahit itu.

Atau mungkin aku saja yang belum memaafkan diriku.
Karena telah membiarkan ada kejadian itu.
Atau memang aku belum memaafkannya.
Karena telah melakukan hal itu.

Memaafkan mungkin mudah bagi sebagian orang.
Akan tetapi melupakannya merupakan bagian yang tersulit.
Lalu, bagaimana mungkin bisa disebut memaafkan.
Jika seandainya melupakan kejadian itu pun belum terjadi.

Manakah yang harus didahulukan.
Apakah memaafkan dulu lalu melupakan.
Atau melupakan dulu baru bisa memaafkan.
bagiku keduanya masih dalam tahap angan-angan.
seberapa keraspun aku mencoba.

Apakah yang bisa kulakukan untuk melupakan, dan kemudian memaafkan.
Apakah aku harus mengalami kerusakan otak di bagian itu.
Sehingga membuatku lupa akan semua kejadian pahit.
Dan akhirnya dapat memulai lagi lembaran baru dan menuliskan hal indah.

Tetapi...
kata orang pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Dan sesuatu kejadian pahit atau apapun itu yang tidak membunuhmu,
hanya akan memberikan kekuatan bagimu di masa yang akan datang.

Lalu, kalau aku merusak semua memori itu,
akankah aku menjadi seperti diriku yang sekarang.
Bisakah aku menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Atau malah berubah menjadi bajingan.

itulah mengapa akhirnya banyak orang juga mengusulkan,
hiduplah hari ini dan saat ini,
raihlah apa yang bisa kau raih hari ini,
jangan kau terpaku pada kenangan masa lalu,
atau terlalu berharap pada keadaan yang akan datang nantinya.

aku masih ingin belajar.
belajar untuk hidup hari ini dan hanya hari ini.
belajar meninggalkan masa lalu.
belajar untuk tidak berkhayal tentang masa yang akan datang.

aku ingin meraih hari ini.
untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu.
dan untuk bersiap menghadapi kejadian yang akan datang.
Semoga...

CARPE DIEM!

Senin, 12 Januari 2009

react!

Funny if we see how people react.
Sometimes we never expect it from someone we know.
All the reaction to an issue will be different one from another.
It depends on many things,
time, maturity, emotional stability, etc.
The thing is, we could be someone different when facing one situation,
and turns into someone else on the other situations.
Should we do that? and call our self as a dynamic person who go with the flow?
or should we stick to our principal? and call our self as a stubborn who stick with the rules?
For me, human reaction is very unique.
We can only predict someone reaction to one issue, on behalf of their past experiences.
Yeah, experiences are always the best teacher.
But, the problem is...when someone who's had more experiences, but still...
they react differently and fall into over-react!

One of my acquaintance, who recently broke up with her couple experience this strange REACT thing.
To be short, she dumped her boyfriend for cheating.
And she found out that someone, has REACT upon her broken up.
That person mock up her ex boy friend with no clue at all.
Could it be just a rough sympathy and turns out to be some stupid reaction?
or even better, could it be someone who happens to hate that man, and using this situations to worsen up the hatred upon the man?
my acquaintance never expect that she would do that to her ex,
but it turns out someone did those stupid thing to her ex.

Yeah, for me it was pure totally stupid thing to do.
I mean, it was not your business at all, even if you are her relatives or so.
They both are grown up person who are in a mature relationship.
They can be responsible in whatever they did with the relation.
And WHO ARE YOU trying to get involved with their broken up relation?

You really should be careful for what you will do in every circumstance.
It's not being paranoid, but you have to know that your reaction will ignite others, and so on.
so, please think twice or even hundreds before doing something!

Let's react!

Minggu, 11 Januari 2009

Kenangan!

Aku membuka mata lebar pagi ini.
Seberkas sinar menusuk langsung ke dalam retina.
menerawang jauh ke dalam relung hati.

Aku kemudian mempertanyakan.
Apa lagi yang mungkin aku lakuka hari ini?
untuk melewatkan masa masa dan terus bertahan.

Tak lama kemudian, aku berada di antara sekumpulan anak-anak remaja.
Penuh hingar-bingar walaupun saat itu penuh perasaan tak menentu.
Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.

Mereka tahu bahwa hari itu, adalah hari penilaian mereka.
Mereka sudah berjuang selama 1 semester untuk hari ini.
Hari dimana mereka tetap saja mendapatkan keluhan,
meski sudah berjuang hingga titik darah penghabisan.

kita bilang mereka tak pernah mengerti keadaan kita.
Mereka bilang, kita tak pernah mengerti keadaan mereka.
Lalu, sampai titik ini, siapa yang benar? siapa yang salah?

Jika Anda penganut teori evolusi, dan benar-benar ingin menjalankannya.
Maka Anda harus mengalah kepada mereka.
Karena mereka belum berevolusi sejauh yang sudah Anda capai (hingga saat ini).

Namun, jika Anda kebetulan bukan penyuka teori evolusi, atau bahkan menghujatnya.
Maka... Andalah juaranya.
Anda sebagai kaum superior, lebih tua, lebih pengalaman, lebih banyak makan asam garam.
Karena mereka belum sepintar Anda, dan mereka jauh di bawah Anda.

Tapi bukan itu yang saya ingin lihat.
Mereka menghadapi sekumpulan nilai, dengan tanpa rasa ragu dan khawatir.
Mungkin ada, satu atau dua anak yang akhirnya tidak dapat menikmati situasi pesta itu.
karena terlalu banyak yang ia khawatirkan, bagaimana kalau begini...bagaimana kalau begitu...

Sebagian besar dari mereka, menganggap titik yang akan dituju atau dicapai itu...
sebagai sebuah bagian di atas garis panjang yang harus dan pasti akan mereka lewati.
Kadang bahkan mereka sudah mencapai tahap berpikir...tidak ada yang bisa saya lakukan.

Bagaimana dengan Anda, yang katanya kaum superior, yang katanya sudah berevolusi?
Saya kemudian berpikir kembali, sudahkah kita benar-benar berevolusi?
benarkah kita kaum yang superior.

Karena, ketika kita menghadapi satu titik dimana kita anggap sebagai suatu batu ganjalan.
pikiran kita jauh lebih bodoh dari anak-anak remaja yang jauh di bawah kita.
Kadang kita lupa bahwa kita dulu, pernah menjadi seperti mereka.

Kekhawatiran saat ini biarlah menjadi kehawatiran saat ini saja.
Hari esok masih dapat dirancang, atau bahkan tidak peru diperdulikan.
Hari kemarin sudah menjadi kenangan, dan tidak dapat diganggu gugat keadaannya.

mungkin, terlalu banyak teori-teori yang sudah kita terima dan cerna dalam hidup.
mungkin, sudah terlalu banyak teori-teori baru yang kita temukan.
sehingga, terkadang kita lupa rumus dasar dari semua teori tersebut.

terkadang segala pemikiran kita yang liar, bebas, ekspresif, dinamis, imajinatif,
membelenggu kita sendiri.
bahkan samapi pada titik dimana kita menjadi sangat takut dengan apa yang akan terjadi.

kalau memang benar demikian adanya, ada baiknya kita tiru para anak-anak remaja tersebut.
tiru dalam hal kemampuan mereka melangkah dengan pasti menuju masa depan,
meninggalkan semua kenangan dan bukan mencoba untuk menghapusnya, apalagi...
mengulangnya kembali!

kita pinjam keceriaan mereka menyongosng setiap detik, setiap waktu yang penuh dengan dunia baru.
kita contek kemampuan ekplorasi mereka pada setiap pengalaman-pengalaman yang masih membentang luas di hadapan.

(STOP! Anda mulai menggunakan rasio anda lagi? Anda mulai berpikir, mana bisa seperti itu? memangnya mudah? lagipula mereka kan tidak tahu apa yang sudah kita alami?)

Tahukah Anda, bahwa Anda adalah satu-satunya makhluk yang dapat menguasai pikiran Anda.
Anda yang menentukan mau dibawa kemana setiap pengalaman yang Anda lalui.

Kemana? Anda yang menentukan, bukan saya!

Sabtu, 10 Januari 2009

Welkommen

Welcome to my blog.
This is not officially my first blog, i had one once in the friendster.
The thing is, I already export that blog into a file, but it seems like this new hosting didn't get it.
So...this is to begin my long hold expression of emotionality hands on experiences!
Please enjoy the upcoming writes of mine.
Do not hesitate to comment on my blog.


Bon Voyage!